A. Hakikat Kepuasan Pekerja
Menurut
Davis dan Newstromm (1985: 105), kepuasan kerja adalah seperangkat
perasaan pekerja tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja adalah cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya,
Wexley dan Gary (2003: 129). Kepuasan pekerja merupakan generalisasi
sikap-sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek
pekerjannya yang bermacam-macam. Sekelompok karakteristik yang dapat
menjadi indicator kepuasan kerja antara lain: gaji/upah, kondisi kerja,
pengawasan, teman kerja, isi pekerjaan, jaminan kerja, serta kesempatan
promosi.
Seorang
pekerja menganggap ia memiliki sebagian sikap terhadap setiap aspek
pekerjaan tersebut di samping gabungan sikap terhadapnya secagai
keseluruhan. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan
pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjannya serta
harapan-harapan terhdap pengalaman masa depan.
Dalam Almigo (2004: 53), kepuasan
kerja merupakan sikap umum individu yang bersifat individual tentang
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 1998). Sejalan dengan
pandangan Robbins, Luthans (1995) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka
dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang
diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting.
Kepuasan kerja itu dianggap sebagai hasil dari pengalaman karyawan dalam
hubungannya dengan nilai sendiri seperti apa yang dikehendaki dan
diharapkan dari pekerjaannya. Pandangan tersebut dapat disederhanakan
bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap dari individu dan merupakan
umpan balik terhadap pekerjaannya.
Menurut
Smith, Kendall dan Hulin (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly,
2000), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja,
yaitu:
1. Pekerjaan, sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
2. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.
3. Penyelia atau pengawasan kerja yaitu kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
4. Kesempatan promosi yaitu keadaan kesempatan untuk maju.
5. Rekan kerja yaitu sejauhmana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.
B. Teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Gary (2003: 130-138), teori kepuasan adalah:
1. Teori ketidak sesuaian
Menurut
Locke (1969), kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek
pekerjaan tergantung pada selisih antara apa yang dianggpa telah
didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yangd iinginkan dari
karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang akan terpuaskan
jika tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan
kondisi-kondisi yang teah dialami. Semakin besar kekurangan dan semakin
banyak hal-hal penting yang diinginkan, semakin besar ketidakpuasannya.
2. Teori keadilan
Menurut
Adam (1963), teori keadilan memerinci kondisi-kondisi yang mendasari
seorang pekerja akan menganggap fair dan masuk akal insentif dan
keuntungan dalam pekerjaanya. Komponen utama dari teori ini adalah
input, hasil, orang bandingan dan keadilan atau ketidakadilan. Menurut
teori ini, seseorang menilai fair hasilnya dengan membandingkan
hasilnya: rasio inputny dengan hasil:rasio inut dari sejumlah orang
bandingan. Jika rasio hasil:input seorang pekerja adalah sama atau
sebanding dengan rasioorang bandingannya, maka suatu keadaan adil
dianggap ada oleh para pekerja. Jika para pekerjamenganggap perbandingan
tersebut tidak adil, maka keadaan ketidakadilan dianggap ada.
Tanggapan terhadap ketidakadilan:
Ketidakadilan
adaah satu sumber ketidakpuasan kerja dan ketidakadilan menyertai
keadaan tidak berimbang yang menjadi motif tindakan bagi seseorang untuk menegakkan keadilan. Terdapat banyak cara di mana seorang pekerja berusaha menegakkan keadilan, contohnya:
a. Meningkatkan atau mengurangi nput-input pribadi, khususnya usaha.
b. Membujuk orang bandingan untuk meningkatkan atau mengurangi input-input pribadinya.
c. Membuujuk organisasi untuk mengubah hasil perseorangan pekerja atau hasil orang bandingan.
d. Pengabaian psikologis terhadap input-input atau hasil-hasil pribadinya.
e. Pengesampingan psikologis terhadap input-input atau hasil-hasil orang bandingan.
f. Memilih orang bandingan yang lain.
g. Meninggalkan organisasi.
3. Teori dua faktor
Teori
ini menyatakan bahwa kepuasan kerja secara kualitatif erbeda dengan
ketidakpuasan kerja. Menurut teori ini, karateristik pekerjaan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu “disatisfiers/ hygiene factors”
dan “satisfiers atau motivators”. Hygiene factors meliputi hal-hal
seperti: gaji/upah,pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan
status. Jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi, seseorang akan
tidak puas. Namun, jika besarnya hygiene factors memadai untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, seseorang tidak akan lagi kecewa tetapi dia belum
terpuaskan. Ia akan terpuaskan jika terdapat jumlah yang memeadai untuk
factor-faktor pekerjaan yang dinamakan satisfiers. Satisfiers adalah
karakteristik pekerjaan yang relevan denga kebutuhan-kebutuhan urutan
lebih tinggi seseorang serta erkembangan psikologisnya, mencakup
pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, kesempatan untuk berprestasi,
penghargaan, dan promosi.
C. Kepuasan dengan Kerja
Sifat
pekerjaan adalah determinan utama dari kepuasan kerja. Kepuasan kerja
ditentukan oleh materi pekerjaan dan sifat-sifat individu. Studi yang
dilakukan Hackman dan Oldham (1975), yakni merekan mngoperasikan daftar
pertanyaan yang dikenal dengan Job Diagnostic Survei, berikut ini lima
dimensi inti, yaitu:
1. Ragam Keterampilan (Skill Variety)
Tingkat
dimana pekerjaan menunut berbagai jenis aktivitas dalam menyelesaikan
pekerjaannya, yang mencakup penggunaan banyak jenis keterampilan dan
bakat-bakat kerja. Semakin besar keragaman aktivitas yang dilaksanakan
oleh seorang pekerja semakin tidak menjemukan. Pekerjaan
yang mencakup semakin banyak keterampilan dan bakat-bakat yang relevan
dengan identitas diri pekerja, maka pekerja semakin lebih merasakan
bahwa ia melaksanakan pekerjaan yang berarti daripada sekedar menepati
waktu.
2. Identitas Pekerjaan (Task Identity)
Tingkat dimana pekerjaan menuntut kelengkapan dalam “suatu kesatuan” dan setiap bagian pekerjaan dapat diidentifikasi.
3. Kepentingan Pekerjaan (Task Significance)
Tingkat
dimana suatu pekerjaan memiliki dampak penting bagi kehidupan atau
pekerjaan orang lain baik dalam lingkungan organisasi maupun lingkungan
luar. Semakin penting pekerjaan yang ia lakukan, seseorang akan merasa
semakin berarti.
4. Otonomi (Autonomy)
Tingkat
dimana pekerjaan memberikan kebebasan, kemandirian serta kekuasaan
substansial bagi pekerja dalam menjadwalkan pekerjaan dan prosedur yang
digunakan. Jika seoarnag tidak mempunyai kuasa untuk mengatur prosedur
kerja atau langkah kerja akan terdapat sedikit sekali kesempatan untuk
mendapatkan kepuasan intrinsic dalam keberhasilannya menyelesaikan suatu
pekerjaan yang menantang.
5. Umpan balik pekerjaan itu sendiri (Feedback From The Job Itself)
Tingkat
dimana dalam menyelesaikan aktivitas kerja yang dituntut oelh suatu
pekerjaan memberikan konsekuensi pada pekerja mendapatkaninformasi
langsung dan jelas tentang efektivitas pelaksanaan pekerjaannya, Wexley
dan Gary (2003: 146-147).
D. Kepuasan dengan Kompensasi
Upah
merupakan karakteristik pekerjaan yang menjadi penyebab paling mungkin
terhadap ketidakpuasan kerja. Yang menjadi penyebab utama ketidakpuasan
adalah ketidak adilan. Seperti yang telah dijelaskan dalam teori
keadilan, para pekerja menilai upahnya dengan membuat
perbandingan-perbandingan sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan
professional pekerja semakin tingggi kemungkinan ia melakukan
perbandingan sosial dengan orang-orang yang profesinya sama di luar
organisasi. Seorang ekerja juga akan membandingkan upahnya dengan upah
teman sesame pekerja dalam organisasi yang sama. Semakin tinggi
seseorang dalam jabatan kekuasaan, pendidikan, tanggung jawab,
keterampilan, dan senioritas semakin banyak upah yang ia harapkan.
Jika
upah tidak didasarkan atas pelaksanaan kerja, pekerja yang sangat rajin
maka tidak puas dengan pendapatan yang sama atau lebih rendah dari
pekerja yang malas. Namun dmeikina, suatu program insentif yang
memebrikan ganjaran dengan upah yang elbih tinggi terhadap pelaksanaan
kerja yang tinggi belum tentu dapat memeberikan kepuasan. Karena tidak
ada ukuran pelaksanaan kerja yang obyektif, para pekerja umumnya menilai
lebih hasil pekerjaannya. Dan semakin pekerja tergantung pada gaji atau
upahnya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka kepuasan
terhadap upahnya akan dipengaruhi oleh biaya hidupnya, Wexley dan Gary
(2003: 150-152).
E. Kepuasan dengan Pengawasan
Perilaku
pengawas merupakan hal penting dari kepuasan pekerja, dan sikap pekerja
terhadap pengwasnya tergantung pada karakteristik pengawasnya. Para
pekerja lebih puas dengan pemimpin yang bijaksana dna tut wuri
handayani, dibanding dengan pemimpin yang selalu berbeda atau bermusuhan
dengan bawahannya.
Namun,
pengaruh dari perilaku pengawas yang berorientasi pada pekerjaan
terhadap kepuasan kerja kurang dapat diramalkan. Para pekerja lebih
banyak mendapatkan kepuasan terhadap pemimpin yang sangat berkepentingan
dengan pemimpin yang tidak terlalu berorientasi dengan pekerjaan.
Beberapa studi menunjukkan;
1. Dalam
situasi pekerjaan dimana bawahan melakukan peran-peran yang sangat
membingungkan, para bawahan akan lebih menyukai seorang pemimpin yang
memperjelas ketentuan-ketentuan perannya.
2. Dalam situasi pekerja yang cakap melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak begitu menyukai pengawas yang mengawasi secara ketat.
3. Dalam
situasi pekerja yang motivasinya rendah dan merasa pekerjaannya tidak
menyenangkan, mereka lebih menyukai seorang pengawas yang tidak
menekankan pelaksanaan kerja yang tinggi, Wexley dan Gary (2003:
152-153).
F. Konsekuensi Ketidakpuasan Kerja
Menurut Davis dan Newstromm (1985: 107-109) konsekuensi ketiakpuasan kerja adalah:
1. Ketidakpuasan
dan pelaksanaan kerja. Pelaksanaan kerja mengakibatkan timbulnya
kepuasan. Bila pelaksanaan kerja menghasilkan bonus-bonus intrinsic dan
ektrinsik, sedang ganjaran pada gilirannya memberikan kepuasan yang
elbih tinggi, dengan demikian pelaksanaan kerja dan kepuasan kerja
mempunyai korelasi positif satu sama lain.
2. Ketidakpuasan
dan penarikan diri. Ada hubungan yang konsisten antara ketidakpuasan
dengan penarikan diri dalam bentuk perpindahan dan absensi. Para pekerja
yang mengalami ketidakpuasan lebih mungkin menyingkir dari kerja atau
pindah dibanding para pekerja yang puas. Bentuk lain dari ketidakpuasan
antara lain adalah minum minuman keras, mengonsumsi obat dan hal yang
merugikan lainnya. Hal ini merugikan organisasi. Absensi merusak
kelancaran kerja, mengakibatkan penundaan, meningkatkan biaya untuk
subsidi sakit, serta keharusan mempekerjakan pekerja cadangan.
Perpindahan pekerja juga mengganggu kelancaran, dengfan keharusan
mengadakan seleksi dan latihan untuk penempatan pekerja baru yang
memberatkan.
3. Ketidakpuasan
dan agresi. Ketidakpuasan kerja dapat menyebabkan perilaku agresif,
seperti sabotase, kesalahan yang disengaja, demo,pemogokan, dll. jika
tindakan agresif tersebut terjadi akan menghambat jalannya pekerjaan,
menurunkan kualitas produksi, dan terhambatnya kerja sama.
4. Ketidakpuasan
dan pencurian. Meskipun banyak sebab ynag melatarbelakangi tindakan
pencurian, beberapa pekerja mencuri karena mereka putus asa atas
perlakuan organisasi yang dipandang tidak adil. Menurut para pekerja
tindakan itu dibenarkan untuk membalas perlakuan tidak sehat yang mereka
teriam. Pengendalian secara ketat denagn hukuman tidak selamanya dapat
menanggulangi masalah ini, karena hanya diarahkan pada gejalanya dan
bukan pada sebab yang mendasar seperti besarnya ketidakpuasan.
G. Mengembangkan Kepuasan Pekerja
Langkah
pertama untuk mengembangkan kepuasan adalah menentukan
penyebab-penyebab ketidakpuasan. Penyebab-penyebab itu antara lain
adalah: pengawasan yang lemah, kondisi-kondisi kerja yang lemah,
kurangnya keamanan kerja, kompensasi yang tidak adil, kurangnya
kesempatan untuk maju,, konflik pribadi diantara pekerja, atau kurangnya
kesempatan untuk memenuhi urutan kebutuhan yang lebih tinggi.
Tidak
mudah untuk mengetahui penyebab ketidakpuasan seseorang. Pengawas
seharusnya mengawali pembicaraan dengan hal-hal umum yang tidak langsung
berkaitan dengan pekerjaan. Pengawas harus berhati-hati dalam
memberikan saran, karena mungkin saja pekerja menganggap hal tersebut
sebagai kritik terhadapnya. Pendekatan tidak langsung seperti ini
menghindarkan seorang pekerja mempertahankan diri,serta memungkinkan
penurunan ketegangan dan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk
mengatasi ketidakpuasannya Wexley dan Gary (2003: 157-159).
H. Penyembuhan Terhadap Ketidakpuasan
Jika sumber ketidakpuasan sudah ditemukan, maka ada beberapa cara untuk mengatasinya, yaitu:
1. Mengadakan
perubahan dalam kondisi kerja, pengawasan, kompensasi atau rancangan
pekerjaan tergantung pada factor mana yang menjadi penyebab
ketidakpuasan.
2. Memindahkan pekerja ke pekerjaan lain intuk mendapatkan pasangan yang lebih baik antara pekerja dan pekerjaannya.
3. Mengubah
persepsi atau harapan dari para pekerja yang tidak puas jika terjadi
kesalahan konsepsi atas informasi yang tidak benar pada pekerja. Sering
janji-janji perusahaan pada saat lowongan dibuka tidak sesuai dengan
kenyataan pada saat pekerja bekerja pada perusahaan, Wexley dan Gary (2003: 159-160).
I. Tindakan-tindakan Pencegahan
Tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah;
1. Program pengelolaan upah yang dilakukan dengan baik akan membantu menghindarkan jenis-jenis masalah ketidakadilan.
2. Seleksi
yang sistemastis dan program-program latihan akan membantu menciptakan
kombinasi yang tepat antara pekerjaan dan karakteristik pekerja.
3. Sosialisasi
dan orientasi yang tepat akan lebih penting bagi pekerja baru yang
direkrut dengan memberikan informasi yang tepat pada pelamar. Informasi
yang diberiakn tidak palsu dan dibuat-buat.
4. Menghindari
janji-janji yang berlebihan dan tidak realistis, hal ini mengabaikan
kerugian yang akan dibuat kemudian hari yaitu menimbulkan kekecewaanb
dan ketidak puasan pekerja ketika keadaan yang sebenarnya ditemukan, Wexley dan Gary (2003: 160).
J. Penelaahan Kepuasan Kerja
Dalam Davis
dan Newstromm (1985: 105), dibahas mengenai penelaahan kepuasan kerja
atau survey kepuasan kerja yang uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Survei kepuasan kerja
Para
manajer memerlukan informasi kepuasan kerja untuk mengambil keputusan
yang baik, baik dalam upaya mencegah maupun dalam menanggulangi berbagai
masalah pekerja. Metode yang umumnya dipakai adalah survey kepuasan
kerja, yang juga dikenal dengan survey moral, opini, sikap, iklim, atau
kualitas kehidupan kerja. Survey kepuasan kerja adalah prosedur yang
diterapkan untuk menghimpun perasaan pegawi tentang pekerjaan dan
ligkungan kerja mereka, tanggapan setipa pekerja mungkin dikombinasikan
dan dianalisis.
2. Survey kepuasan manajer
Survei
kepuasan manajer sama pentingnya dengan survey kepuasan pekerja.
Apabila mereks tidak puas, ketidakpuasan mereka dapat menyebar keseluruh
departemen dan masyarakat. Survey terhadap manajer dapat dilakukan
untuk menemukan cara perbaikan.
3. Manfaat survey kepuasan kerja
Survei
kepuasan kerja dapat memebrikan hasil positif, netral atau negative.
Jika survey dilakukan dengan baik, maka akanmuncul manfaat survey antara
lain:
a. Kepuasan
kerja umum. Pimppinan memperoleh idikasi tentang tingkat kepuasan
umunya dalamperusahaan. Hal inimencakup hal-hal yang menimbulkan
kepuasan dan ketidakpuasan secara spesifik.
b. Komunikasi.
Dengan survey timbulah komunikasi yang sangat penting. Komunikasi
mengalir ke semua arah pada saat orang-orang merncanakan, melaksanakan,
dan membahas, hasil survey itu.
c. Membaiknya
sikap. Bagi sebagian orang, survey adalah penyalur emosi, maupun media
penyaluran perhatian atasan terhadap kesejahteraan pekerja, sehingga ada
rasa lebih baik dari pekerja terhadap atasan.
d. Kebutuhan
pelatihan. Suvei kepuasan kerja merupakan sarana untuk menentukan
kebutuhan pelatihan tertentu abgi pekerja untuk memenuhi kebutuhan
pekerja.
e. Manfaat
bagi serikat pekerja. Dengan survei kepuasan pekerja akan diketahui apa
yang diinginkan para pegawai. Serikat pekerja jarang sekali menentang
adanya suvei kepuasan kerja, bahkan mendukung hal ini terlebih jika
mereka dapat berbagi data hasil survei.
f. Perencanaan
dan pemantauan perubahan. Survey kepuasan kerja bermanfaat
untukmengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul, dan
mempengaruhi para manajer untuk mengubah rencana awal mereka karena ada
tanggapan dari pekerja.
4. Syarat survey yang ideal
a. Pimpinan terus mendukung survey secara aktif.
b. Para pegawai terlibay sepenuhnya dalam perencanaan survey.
c. Ada tujuan yang jelas untukmelaksanakan survey.
d. Telaah dirancang dan dilakukan sesuai dengan standar penelitian yang baik.
e. Pimpinann mampu dan amu melakukan tindak lanjut.
f. Hasil dan rencana tindakan dikomunikasikan kepada pegawai.
5. Jenis pertanyaan survey
Survei biasanya berupa kuesioner atau wawancara. Adapun metode yang dilakukan yaitu:
a. Survey
objektif. Disediakan pertanyaandan pilihan jaawabab sedemikian rupa,
pegawai hanya memilih dan menandai jawaban yang paling mewakili perasaan
mereka.
1) Indeks Reaksi Organisasi, menggunakan pilihan ganda jawabannya “benar atau salah”, “setuju atau tidak setuju”.
2) Indeks
Uraian Pekerjaan, pertanyaan yang menguraikan situasi kerja pekerja
saat tertentu, jawabannya “ya atau tidak” atau “?” uantuk jawaban yang
tidak dapat diputuskan.
3) Kepuasan
Kuesioner Minnesota, pertanyyan dengan jawaban 1=tidak puas, 2=agak
puas, 3=puas, 4=sangat puas, 5=lebih dari sangat puas.
Survey
objektif mudah dilakukan, hemat biaya dan dianalisis secara statistic,
tapi kelemahannya tidak benar-benar memberikan kesempatan penuh bagi
pegawai untuk mengungkapkan perasaan.
b. Survey
deskriptif. Kelebihannya adalah pegawai dapat menggunakan kata-kata
mereka sendiri yang lebih mengungkapkan perasaan, pikiran, dan
keinginannya. Survey berupa wawancara pribadi lebih deskriptif, anmun
dengan waktu rta-rata 2 jam per pekerja. Oleh karena itu, waktu
dibutuhkan lebih banyak dan biaya lebih mahal.
c. Desain pelaksanaan survey
Hendaknya
desain prosedur dan pelaksanaan survey tidak membatasi keguanaan
survey. Hasil yang efektif dari data adalah data yang handal
(reliabiility) dan sahih (validity). Handal adalah kemampuan instrumrn
survey untuk membuahkan hasil yang konsisten, tidak jadi soal siapa pun
yang melakukannya. Sahih adalah mengukur apa yang diukur, seesuai
fungsinya.
d. Umpan balik survey
Langkah pertama dalam penggunaan informasi kepuasan kerja adalah mengkomunikasikan informasi itu kepada seluruh manajer agar mereka dapat memahaminya dan bersiap-siap menggunakannya.
1) Data
perbandingan. Para manajer dapat mempeajari departemen mereka dengan
mempelajari perbandingannya dengan departemen lain. Missal departemen A
mendapat skor lebih baik dari departemen B. hal ini akanmemacu evaluasi
pada manajer tiap-tiap departemen.
2) Komentar
pegai. Informasi dari pegawai biasanya lebih penting dari angka-angka
statistik sehingga manajer dapat langsung menanggapi masalah yang
sebenarnya sepele dan tak terduga tapi berdampak besar.
e. Tindak lanjut administrative
1) Kerja
painitia. Salah satu bentuk tindak lanjut survey adalah dibentuknya
panitia kerja yang tanggung jawabnya adalah meninjau data survey dan
menyusun rencana tindakan perbaikan.
2) Umpan
balik kepada pegawai. Apabila ada tindakan yang dilakukan sebagai hasil
perbaikan setelah survey, hendaknya publisitas tentang hal-hal yang
diakukan disampaikankepada pegawai secepat mungkin. dengan cara ini
pegawai akan mererasa bahwa mendengarkan dan melakukan tindakan atas
gagasan mereka.