1. Pengertian dan Model Kekuasaan
Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang
dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya.
Pada umumnya kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan yang vertical
dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas
dan seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu
organisasi.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi.
Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap
sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan
mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri. Adapun
sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan,
kepribadian dan politik.
Kekuasaan yang Bersumber pada Kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi ke dalam beberapa jenis:
1. Kekuasaan formal atau legal
Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden
atau perdana menteri, dan sebagainya yang nendapat kekuasaannya karena
ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang
resmi.
2. Kendali atas sumber dan ganjaran
Majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya,
kepala suku atau kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada
anggota atau bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasarkan sumber
kekuasaan jenis ini.
3. Kendali atas hukuman
Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran
biasanya juga terkait dengan kendali atas hukuman . Walaupun demikian,
ada kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja.
Kepemimpinan jenis ini adalah kepemimpinan yang berdasarkan atas rasa
takut. Contohnya, preman-preman yang memunguti pajak dari
pemilik-pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak para
preman itu karena takut mendapat perlakuan kasar. Demikian pula anak
kelas 1 SMP takut kepada seniornya murid kelas 3 yang galak dan suka
memukul sehingga kehendak senior itu selalu dituruti
4. Kendali atas informasi
Informasi adalah ganjaran positif juga bagi yang memerlukannya. Oleh
karena itu, siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Orang
yang paling tahu jalan di antara serombongan pendaki gunung yang
tersesat akan menjadi pemimpin rombongan itu. Ulama akan menjadi
pemimpin dalam agama. Ilmuwan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
Murid yang selalu punya bocoran soal ulangan juga dianggap sebagai
pemimpin oleh kawan-kawannya setiap menjelang ulangan umum.
5. Kendali ekologik
Sumber kekuasaan ini juga dinamakan perekayasaan situasi (situational
engineering). Cotohnya, kendali atau penempatan jabatan. Seorang atasan,
manajer atau kepala bagian personalia, misalnya mempunyai kekuasaan
atas bawahannya kerana ia boleh menentukan posisi anggota-anggotanya.
Demikian pula komandan atau kepala suku yang berhak menentukan
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh bawahan dan anggotanya.
Orang-orang ini akan dianggap sebagai pemimpin. Contoh lain adalah
kendali atas tata lingkungan. Kepala dinas tata kota berhak memberi izin
bangunan. Kepala asrama menentukan seorang siswa harus tidur di kamar
mana dan dengan siapa.
Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena
kedudukan, kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian
berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut.
1. Keahlian atau keterampilan
Dalam salat berjamaah dalam agama islam, yang dijadikan pemimpin salat
(imam) adalah yang paling fasih membaca ayat Alquran. Di sebuah kapal
atau pesawat udara, mualim atau penerbang yang paling terampillah yang
dijadikan nahkoda atau kapten. Pasien-pasien di rumah sakit menganggap
dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah yang dianggap
paling ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
2. Persahabatan atau kesetiaan
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat
merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
Ibu-ibu ketua kelompok arisan, misalnya, dipilh karena sifat-sifat
pribadi jenis ini.
3. Karisma
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari
pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses
kepemimpinan.
Kekuasaan yang Bersumber pada Politik. Selanjutnya, kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri dari beberapa jenis.
1. Kendali atas proses pembuatan keputusan
Dalam organisasi, ketua menentukan apakah suatu keputusan akan dibuat
dan dilaksanakan atau tidak. Hakim memimpin sidang pengadilan karena ia
mempunyai kendali atas jalannya sidang dan putusan atau vonis yang akan
dijatuhkan. Kepemimpinan seorang presiden juga bersumber pada kekuasaan
politik karena sebuah undang-undang yang sudah disetujui parlemen baru
berlaku jika sudah mendapat tanda tangannya
2. Koalisi
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas
hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama dengan kelompok lain.
Pemilik perusahaan berhak melakukan merger dengan perusahaan lain.
Kepala suku Indian mengisap pipa perdamaian dengan kepala suku lainnya.
Presiden menyatakan perang atau damai dengan negara lain.
3. Partisipasi
Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh
berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi, dan
sebagainya
4. Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami-istri, menentukan terbentuknya
keluarga baru. Notaris atau hakim menetapkan berdirinya suatu yayasan
atau perusahaan baru. Lurah mengesahkan berdirinya LKMD (Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa).
Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Kekuasaan posis (position power) : yang didapat dari wewenang formal,
besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang
menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi (personal power) : berasal dari para pengikut dan
berdasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi respek dan
merasa terikat pada pemimpin.
Menurut sumbernya kekuasaan dibagi menjadi : kekuasaan balas jasa
(reward power) yaitu berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan suatu perintah maupun
persyaratan lainnya. kekuasaan paksaan (coersive power) yaitu kekuasaan
yang berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman akan
diteriman bila tidak melakukan atau menjalankan suatu perintah atau
tugas. Hukuman ini dapat berupa teguran ataupun pemecatan dari jabatan.
perintah.
3) Kekuasaan sah (legitimate power) berkembang dari nilai-nilai interen
karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
4) Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power)
berasal dari pengetahuan yang tidak dipercayaorang lain, ini dilakukan
dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan
5) Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan
6) Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
Dalam mempengaruhi perilaku seseorang terdapat berbagai macam unsure-unsur diantaranya yaitu :
1. Unsur Wewenang
Wewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai pengerak dari pada
kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat infoemal untuk mendapatkan
kerja sama yang baik dengan bawahannya. Wewenang adalah kekuasaan resmi
yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan memerintahkan orang lain,
tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan janganlah mengerjakan
pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hokum untuk
melakukannya. Misalnya saja pada dunia kemiliteran, dimana pada dunia
kemiliteran itu harus dan wajib mematuhi atau mengikuti wewenang yang
ada yaitu apabila ada atasannya harus hormat, walaupun atasanya tidak
mengunakan pakaian dinas.
Keuntungan dari adanya wewenang itu dapat terjadi proses untuk
mempengaruhi perilaku lebih cepat dan mudah, sedangkan kelemahannya itu
karena adanya keterpaksaan, sehingga harus mengikuti wewenang dari
atasannya. Contoh wewenang dalam kehidupan sehari-hari : ketika
mahasiswa baru masuk kuliah di salah satu Universitas, pada suatu ketika
saya mengikuti mata kuliah yang membuat saya membingungkan. Kemudian
dosen saya menyuruh mahasiswanya untuk membuat tugas sebanyak 2 BAB
dengan menggunakan bahasa inggris. Maka saya dan mahasiswa lainnya
terpaksa mengerjakan, karena mata kuuliah tersebut sangat penting.
2. Unsur yang menggunakan paksaan dan ancaman
Suatu perintah untuk menghasilkan keinginan dengan cara kekerasan (memaksa).
Contohnya saja pada PREMANISME → pada waktu saya mengendarai motor, saya
melihat ada seorang wanita yang didekatkan dengan 2 laki-laki. Kemudian
kedua laki-laki tersebut meminta sesuatu yang berharga pada wanita itu,
dengan cara kekerasan yaitu dengan menodongkan senjata tajamnya. Jadi
sikap dan perilaku ini sudah jelas adanya ancaman dan paksaan.
3. Unsur manipulatif
Suatu perbuatan curang dengan cara membohongi atau melakukan dengan cara
licik, agar dapat mempengaruhi perilaku. Dalam manipulatif ini tidak
akan terjadi proses mempengaruhi perilaku, karena tidak terdapat
paksaan. Biasanya batasan antara manipulasi dengan membantu itu sangat
tipis. Misalnya saja pada kehidupan sehari-hari :
Pada saat ujian nasional berlangsung, saya dan teman-teman merasakan
kesusahan dalm menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemudian
murid-murid mencari jawaban-jawaban dari satu teman keteman lainnya,
padahal aturan-aturan yang ada tidak dibolehkan untuk mencari jawaban
kepada temannya. Nah ketika itu saya ingin meminta jawaban kepada teman
saya, karena teman saya takut sama aturan-aturan yang ada, maka teman
saya memanipulasikan jawaban kepada saya dan teman-temannya.
4. Kerja sama
Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dengan adanya
kesepakatan dan tuganya masing-masing. Didalam kerja sama itu tidak ada
paksaan atau tekanan, melainkan kerja sama dapat mempengaruhi perilaku
seseorang.
Kelebihan dari kerja sama →
• Dapat mengambil tanggung jawab untuk orang yang diubah.
• Melihat suatu masalah lebih jelas dan mudah.
• Saling komunikasi, yaitu antara si A dengan si B.
• Dapat menerima alternative yang disepakati kedua belah pihak (keduanya berproses → saling mendukung).
Contoh kerjasama dalam kehidupan sehari-hari :
Ketika pasca gempa terjadi, saya dan teman-teman lainnya ingin megadakan
pengalangan dana di setiap jalan dan ditempat keramaian. Kemudian saya
membagi tugas-tugas kepada teman saya misalnya saja ada yang ditugaskan
untuk pengalanga dan di lampu merah, ada juga yang tugasnya keliling
ketempat-tempat mol, sekolah dan lain-lain. Nah contoh tersebut adalah
salah satu dari kerja sama dalam sebuah acara atau kegiatan.
2. Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
• politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
• politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
• politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
• politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara
lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik,
partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya
untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menekankan
peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar orang,
untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang lebih harmonis.
Usaha mencapai the good life ini menyangkut berbagai macam kegiatan yang
antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari system, serta
cara-cara melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil keputusan
mengenai apakah yang menjadi tujuan dari system politik itu dan hal ini
menyankut pilihan antara beberapa alternative serta urutan prioritas
dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan itu.
Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang
menyangkut pengaturan dan alokasi (allocation) dari sumber daya alam.
Perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (authority). Kekuasaan
ini diperlukan baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya
dapat bersifat persuasi dan jika perlu bersifat paksaan. Tanpa paksaan,
kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan belaka.
Akan tetapi kegiatan-kegiatan ini dapat menimbulkan konflik karena
nilai-nilai (baik yang materiil maupun yang mental) yang dikejar
biasanya langka sifatnya. Di pihak lain, di Negara demokrasi, kegiatan
ini juga memerlukan kerja sama karena kehidupan manusia bersifat
kolektif. Dalam rangka ini politik pada dasarrnya dapat dilihat sebagai
usaha penyelesaian konflik.
Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaannya kegiatan
politik, di samping segi-segi yang baik, juga mencakup segi-segi
negative. Hal ini disebabkan karena politik mencerminkan tabiat manusia,
baik nalurinya yang baik maupun nalurinya yang buruk. Perasaan manusia
yang beraneka ragam sifatnya, sangat mendalam dan sering saling
bertentangan, mencakup rasa cinta,benci, setia, bangga, malu dan amarah.
Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari kita acapkali berhadapan
dengan banyak kegiatan yang tidak terpuji. Singkatnya politik adalah
perebutan kuasa, takhta dan harta.
Joyce Mitchell, dalam bukunya Political Analysis and Public Policy
mengatakan: “Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.
Harrold D Laswell dalam buku Who Gets What, When, How mengatakan
“Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”
Roger F. Soltau, dalam bukunya Introduction to politics mengatakan:
“Ilmu politik mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga yang
akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara Negara dengan
warganya serta hubungan antarnegara.
W.A Robson dalam The University Teaching of Social Sciences, mengatakan
:”Ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat
hakiki dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus
perhatian seorang sarjana politik tertuju pada perjuangan untuk
mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas
orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.